IKN Kota Masa Depan, Simbol Transformasi Indonesia Menuju Peradaban Baru

Pemberitaan media asing yang menyebut Ibu Kota Nusantara (IKN) berpotensi menjadi “kota hantu” mencerminkan pandangan yang sempit dan tidak memahami arah besar pembangunan Indonesia. IKN bukan sekadar proyek fisik, melainkan sebuah transformasi peradaban. Pemerintah Indonesia tengah membangun pusat pemerintahan yang berorientasi pada keberlanjutan, pemerataan pembangunan, dan kemandirian bangsa. Kritik dan keraguan mungkin wajar, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan progres yang konsisten dan terencana.

Sejak awal, visi pembangunan IKN bukan untuk menciptakan replika Jakarta, melainkan menghadirkan model kota baru yang hijau, inklusif, dan cerdas. Konsep Smart Forest City yang diusung menempatkan alam sebagai inti peradaban. Lebih dari 65 persen wilayah IKN akan menjadi ruang hijau dan hutan tropis yang dilindungi, menjadikan kota ini sebagai simbol harmoni antara manusia dan alam. Dengan konsep seperti ini, sangat tidak relevan jika IKN disamakan dengan kota kosong tanpa kehidupan.

Dari sisi pembangunan fisik, kemajuan IKN sangat nyata. Infrastruktur dasar seperti jalan utama, sistem air bersih, energi hijau, dan jaringan digital telah mencapai tahap signifikan. Ribuan pekerja dari berbagai daerah terlibat dalam proses pembangunan yang menciptakan efek berganda bagi ekonomi lokal. Proyek ini juga membuka lapangan kerja baru, melatih tenaga kerja muda, dan memacu pertumbuhan UMKM di Kalimantan Timur serta sekitarnya. Ini menunjukkan bahwa IKN sedang hidup bukan sebaliknya.

Investasi dari dalam dan luar negeri pun terus berdatangan. Hingga 2025, ratusan perusahaan telah menandatangani komitmen untuk berpartisipasi dalam sektor energi terbarukan, transportasi publik, hingga perumahan ASN dan masyarakat. IKN dirancang bukan hanya sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai pusat inovasi yang menggabungkan teknologi, budaya, dan keberlanjutan ekonomi. Ini adalah bukti nyata bahwa kepercayaan global terhadap masa depan IKN terus menguat.

Selain itu, kebijakan pemerintah dalam memindahkan ASN secara bertahap membuktikan pendekatan yang realistis dan manusiawi. Pemerintah tidak terburu-buru, melainkan memastikan seluruh fasilitas publik mulai dari sekolah, rumah sakit, hingga sarana transportasi siap mendukung kehidupan di IKN. Proses ini menghindarkan risiko “kota kosong” seperti yang sering diasumsikan oleh pengamat asing. Justru, transisi yang terencana ini menjadi kunci keberlanjutan jangka panjang.

Lebih jauh, IKN merupakan simbol keberanian Indonesia untuk keluar dari pola lama pembangunan yang terpusat di Jawa. Dengan memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur, Indonesia menegaskan komitmennya terhadap pemerataan ekonomi nasional dan pembangunan berkeadilan. IKN menjadi wujud nyata dari semangat Indonesia yang mengangkat potensi daerah dan memperkuat identitas bangsa sebagai negara besar dengan visi masa depan.

Pada akhirnya, label kota hantu hanyalah narasi pesimis yang tidak sejalan dengan realitas dan semangat perubahan yang sedang terjadi. Bangsa ini sedang menulis bab baru sejarahnya  membangun IKN sebagai kota yang berakar pada kearifan lokal, berpijak pada sains dan teknologi dan menatap dunia dengan optimisme.